Window Dressing dalam investasi saham, kamu sudah tahu belum?
Dalam investasi saham, ada banyak istilah-istilah baru yang wajib diketahui investor saham. Salah satunya adalah window dressing. Mungkin Anda pernah mendengarnya sekilas. Namun, tahukah Anda apa maksud dari fenomena tersebut? Apa saja yang memengaruhinya? Perlukah kita membeli saham dan bagaimana sikap kita dalam menghadapi fenomena ini? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Definisi Window Dressing
Window Dressing merupakan strategi yang digunakan oleh reksa dana dan manajer portofolio lainnya di dekat akhir tahun atau kuartal keempat untuk meningkatkan penampilan kinerja dana sebelum disajikan kepada klien atau pemegang saham.
Apa itu Window Dressing?
Secara umum, window dressing adalah kondisi pasar yang memungkinkan harga saham menjadi kuat pada bursa efek. Masa ini menjadi kesempatan bagi pelaku window dressing, di antaranya Manajer Investasi maupun perusahaan emiten, untuk mempercantik kinerja dan laporan keuangannya. Dengan adanya window dressing, diharapkan harga saham emiten dapat bergerak naik.
Contoh lain dari window dressing adalah penundaan pembayaran kewajiban maupun laporan pendapatan yang lebih cepat daripada seharusnya. Maka dari itu, momen window dressing juga bertepatan dengan ramainya investor dalam berburu saham.
Tujuan, waktu, dan faktor yang memengaruhinya
1. Tujuan
Tujuan utama dari adanya window dressing ini tidak lain adalah untuk meningkatkan kinerja maupun portofolio pada laporan keuangan selama kurun waktu tertentu, biasanya dalam tahun berjalan. Hal ini mereka (pelaku) lakukan agar portofolio kembali membaik dan mampu menarik pemegang beserta investor saham.
2. Waktu
Biasanya, masa-masa window dressing itu muncul secara kuartalan atau setiap tiga bulan sekali. Namun, juga bisa pada akhir tahun, seperti di bulan Desember. Hal ini akan membuat saham emiten melesat “terbang” selama sebulan hingga sampai pada bulan Januari di tahun berikutnya, fenomena yang disebut dengan January effect.
3. Faktor yang Memengaruhi
Adapun faktor yang memengaruhi di antaranya adalah self fulfilling prophecy, atau ekspektasi dan prediksi dari orang-orang. Selain itu, hal ini juga bisa terjadi karena emiten maupun Manajer Investasi yang ingin mempercantik portofolionya menjelang tutup buku.
Cara Kerja
Di akhir kuartal, manajer investasi memiliki tanggung jawab untuk membuat laporan keuangan serta daftar portofolio untuk klien atau investor, sehingga mereka dapat menganalisa profit atau keuntungan dari investasi yang diberikan kepada perusahaan tersebut.
Namun apabila isi laporan keuangan tidak sesuai yang manajer investasi harapkan, manajer investasi akan melakukan window dressing, dengan cara menjual saham yang dilaporkan menghasilkan kerugian lebih besar serta menggantikannya dengan saham yang diperkirakan akan menghasilkan lebih besar dalam jangka pendek. Hal ini mereka lakukan sebagai usaha untuk memperbaiki kinerja keseluruhan portofolio oleh manajer investasi yang bersangkutan.
Prinsip Membeli Saham di Window Dressing
Pelaku yang Biasa Terlibat
Nah, siapakah pelaku di balik kecurangan ini?
Secara umum, pelaku metode ini adalah manajer yang baru-baru ini mencatatkan rekaman pengelolaan buruk.
Jika pihak tersebut tiba-tiba memperbaiki track recordnya dengan cepat apalagi bila kemajuannya signifikan, bisa jadi itu adalah pertanda bahwa manajer tersebut melakukan window dressing.
Selain itu, kecurangan ini dapat kita lihat dari dana yang memiliki perputaran cepat. Apalagi bila dana tersebut memiliki rekam jejak yang berbeda sebelumnya atau meningkat drastis pada masa akhir periode saja.
Dua kriteria tersebut dapat kita gunakan sebagai alat ukur awal mengenai praktik kecurangan ini di industri manapun termasuk di industri retail.
Di samping itu, satu hal yang dapat kita lihat dari praktik kecurangan ini adalah adanya diskon atau penawaran besar-besaran agar profit melonjak naik sebelum laporan keuangan periode tersebut dibuat.
Hal ini lebih masuk akal guna dilakukan daripada melakukan manipulasi seperti disebutkan sebelumnya.
Dampak window dressing bagi investor
Laporan kinerja atau portofolio umumnya investor manfaatkan guna menentukan langkah selanjutnya dalam kegiatan pembiayaan yang dilakukan.
Selain untuk menentukan perpanjangan penanaman modal, dari laporan tersebut juga dapat kita ketahui return maupun potensi return pada masa mendatang.
Sayangnya, dengan adanya window dressing, keputusan investor tidak akan seakurat jika bersanding dengan laporan kinerja asli. Dalam hal ini, investor harus lebih cermat dan kritis dalam membaca laporan kinerja atau portofolio apalagi ketika memasuki akhir periode bisnis.
Bagaimana sikap kita dalam menghadapinya?
Sebagai seorang investor, bagaimana seharusnya kita menghadapi window dressing ini? Sebaiknya, Anda jangan terlalu panik dan terburu-buru dalam berinvestasi saham di masa ini. Tetaplah berpikir sehat dan pertimbangkan segala sesuatunya dengan matang.
Memang, idealnya pada masa ini Anda bisa memberikan suntikan dana ke dalam instrumen reksa dana dan membeli saham yang memiliki prospek bagus di masa depan. Namun, hal yang perlu kalian ingat adalah untuk mencermati fenomena yang ada pada IHSG sebelum membeli saham. Jadi, tidak hanya pertimbangan fundamental perusahaannya saja.
Nah, di artikel selanjutnya mimin akan bahas tips melakukan window dressing. Jadi jangan sampai ketinggalan ya karena sangat bermanfaat!
Selain itu, mimin ada penawaran menarik nih untuk kamu yang tertarik belajar seputar keuangan, saham, atau investasi. Yuk ikuti Course Finansial bersama Finplan. Tenang, untuk kamu yang belum tahu apa-apa dan baru banget belajar dari nol, Course ini cocok banget buat kamu! Akan Finplan ajarin sampai jago! Caranya? KLIK DI SINI.