Cara bijak menghadapi nilai saham yang turun bagaimana sih? Lalu apa hubungannya ya dengan pasar modal, indeks saham, dan window dressing?
Halo sobat Finplan! Kembali bersama mimin dalam pembelajaran indeks saham dan window dressing!
Pasar Modal
Stabilitas sistem keuangan dapat mendorong beroperasinya pasar sehingga dapat meningkatkan perekonomian suatu negara. Pasar modal merupakan salah satu elemen penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Integrasi antara perkembangan pasar modal dan kondisi perekonomian menyebabkan banyak perhatian.
Tahu kah kalian kalau peningkatan indeks saham dan pasar modal ini ada kaitannya dengan window dressing? Yaitu upaya para pengelola dana untuk mempercantik portofolio mereka. Caranya dengan menjual saham yang tertinggal dan membeli saham-saham yang unggul. Dalam window dressing, biasanya harga saham dan investasi berbasis saham seperti reksadana juga ikut naik.
Pengaruh Indeks Saham
Nah bagaimana jika indeks saham turun? IHSG memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap peubah makroekonomi Indonesia. Ketika IHSG mengalami guncangan, beberapa peubah makroekonomi akan mengalami guncangan. Guncangan yang diberikan IHSG terhadap peubah makroekonomi hanya pada 4 periode awal sedangkan pada periode berikutnya peubah makroekonomi cenderung stabil.
Cara Bijak Hadapi Saham yang Turun
Lantas bagaimana sikap kita supaya bijak dalam menghadapi nilai saham yang turun?
1. Tunggu Kepanikan Selesai
Sangat lumrah jika pasar saham turun saat sentimen negatif beredar. Kondisi yang sering terjadi adalah panic selling. Meskipun saham-saham turun di bawah harga biasanya, hati-hati dalam “menyerok” saham! Jangan membeli saat harga saham sedang jatuh seperti menangkap pisau yang jatuh. Menangkap pisau jatuh justru bisa membuat kamu terluka loh! Untuk itu, sebaiknya sabar menunggu hingga kepanikan selesai dan harga saham stabil. Kepanikan di market akan selalu ada ujungnya kok! Saat pasar mulai berbalik arah dari merah ke hijau, Sobat Finplan mulai bisa melirik saham-saham yang menarik untuk dikoleksi dengan harga diskon.
2. Tetap Simpan Saham Kamu
Cara lain yang dapat kamu lakukan adalah dengan menyimpan saham yang sudah kamu miliki. Terlebih lagi jika Sobat Finplan sudah memiliki saham big cap atau blue chips, yaitu saham berkapitalisasi pasar besar dengan fundamental yang baik (akan mimin bahas di artikel selanjutnya). Saham yang masuk kategori ini adalah saham dengan angka kapitalisasi pasar lebih dari Rp 40 triliun. Gampangnya, kamu bisa mengacu pada saham Indeks LQ45. Indeks saham ini berisi 45 emiten yang telah melalui proses seleksi likuiditas pasar setiap enam bulan sekali (setiap awal Februari dan Agustus).
Saham big cap masih bisa disimpan dulu karena biasanya saham jenis ini paling cepat rebound setelah penurunan IHSG. Perlu dicatat, cara ini hanya berlaku untukkamu yang berinvestasi saham menggunakan dana idle karena tentunya butuh waktu untuk portofolio saham yang Sobat Finplan miliki untuk kembali ke level harga pembelian awal atau harga wajarnya.
3. Selalu Pegang Dana Likuid
Seberapapun kamu merasa yakin dengan portofolio saham milikmu, pastikan kamu punya dana likuid yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari yah. Seperti sedia payung sebelum hujan, Sobat Finplan juga harus bijak mengelola investasi. Pastikan cash flow kamu tidak terganggu jika ada kondisi tidak diinginkan terjadi di market. Setidaknya dapur harus tetap “ngebul” meski saham sedang bergejolak kan? Hihi.
Course Keuangan dan Investasi Sampai Jago!
Kondisi pasar saham memang tidak selalu baik, tapi bukan berarti kamu harus mengurungkan niat untuk menjadi investor saham. Dengan perencanaan yang tepat dan matang, kamu bisa kok dapat cuan! Tunggu kepanikan selesai, simpan saham kamu yang berfundamental baik, serta selalu pegang dana likuid.
Nah salah satunya yaitu ikut course Finplan supaya perencanaan keuanganmu bisa tepat dan matang! Lagi ada promo akhir tahun! Mulai dari 40 ribu kamu bisa akses video e-learning dan join komunitas Finplan sampai jago! Jangan lewatkan kesempatan ini ya! Caranya? Klik di sini.