meskipun sering didengar dan disebut di berbagai kesempatan, rupanya banyak orang yang seringkali masih tertukar ketika mengartikan istilah bearish dan bullish saham. Simak artikel di bawah ini untuk mengetahui lebih lanjut seputar bearish dan bullish market.
Bagi para investor maupun trader saham, memahami berbagai istilah saham menjadi hal wajib yang perlu dilakukan. Pasalnya, isitilah-istilah dalam investasi saham menjadi salah satu faktor yang menentukan aksi atau tindakan yang akan diambil oleh seorang investor. Salah satu istilah penting yang wajib dipahami investor maupun trader saham adalah bearish dan bullish saham.
Apa Itu Bearish dan Bullish Saham?
Bearish dan bullish saham merupakan istilah dalam investasi yang menggambarkan kondisi sebuah pasar (market). Baik bearish maupun bullish, kedua istilah ini menjadi hal penting yang perlu dipahami oleh seorang trader maupun investor dalam berinvestasi. Jika istilah ini penting, lalu apa yang dimaksud dengan bearish dan bullish market?
Bearish market diartikan sebagai kondisi pasar yang sedang melemah atau downtrend. Bearish berasal dari kata bear atau beruang. Istilah ini diambil dari bagaimana cara beruang ketika bertarung atau menyerang musuhnya, dimana beruang akan mengeluarkan dan mengayunkan cakarnya dari atas ke bawah. Pola gerakan inilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi pasar yang sedang turun.
Sedangkan bullish market diartikan sebagai kondisi pasar yang sedang mengalami penguatan atau kenaikan (uptrend). Istilah ini diambil dari bagaimana seekor banteng (bull) pada saat menyerang atau bertarung, yaitu dengan pola gerakan mengangkat tanduknya dari bawah ke atas. Pola ini digunakan untuk menggambarkan kondisi pasar yang sedang naik.
Ciri Saham Bearish dan Bullish
Pertanyaan selanjutnya yaitu, apakah ada cara untuk mengetahui apakah kondisi pasar saham sedang bearish atau bullish?
Jawabannya tentu ada. Dalam saham, kondisi pasar memang akan selalu mengalami perubahan. Untuk mengetahui apakah kondisi pasar sedang naik atau turun, ada beberapa cara yang bisa digunakan.
1. Melihat Kondisi Ekonomi Global
Cara paling mudah untuk mengetahui kondisi pasar terkini adalah dengan melihat ekonomi dunia. Jika kondisi ekonomi sedang menguntungkan, daya beli menguat, dan juga harga saham sebagian besar perusahaan naik, maka bisa disimpulkan pasar sedang berada pada kondisi bullish. tetapi , jika ekonomi dunia sedang melemah, daya beli rendah, dan harga saham perusahaan menurun lebih dari 20%, maka pasar sedang bearish.
Baca juga: 4 Faktor Yang Menguntungkan Investor Pemula Ketika Belanja Saham
2. Jual-Beli Surat Berharga
Cara berikutnya adalah dengan melihat banyak tidaknya kegiatan jual-beli surat berharga. Trend bullish atau penguatan kondisi pasar biasanya ditandai dari banyaknya kegiatan pembelian daripada penjualan sebuah sekuritas. Berbanding terbalik dengan bullish, trend bearish akan membuat banyak orang cenderung menjual daripada membeli. Atau bisa dikatakan permintaan lebih rendah daripada penawaran.
3. Kondisi Psikologi Investor atau Trader
Kondisi psikologi seorang investor maupun trader juga dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pasar terkini. Ketika sedang terjadi bullish saham, pasar saham akan dipenuhi dengan sentimen positif. Hal ini tentu akan mendorong psikologi investor dan trader untuk ikut serta dalam kegiatan jual beli saham dengan harapan mendapatkan keuntungan.
Sedangkan jika pasar sedang bearish dan timbul banyak sentimen negatif, maka para investor dan trader akan cenderung menjauhi kegiatan jual beli di pasar saham dan akan menunggu sampai kondisi pasar menunjukkan pergerakan positif. Tidak jarang trader maupun investor tidak akan segan menarik uang mereka dari pasar untuk menghidari kerugian saat bearish market.
Faktor Penyebab Bearish dan Bullish pada Pasar Saham
Dalam kegiatan jual beli pada pasar saham, ternyata ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu pasar mengalami kondisi bearish dan bullish. Faktor penyebab naik turun pasar sebenarnya hampir sama antara bearish dan bullish saham. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya bearish dan bullish pada pasar.
Faktor Penyebab Bullish Market
1. Faktor makro ekonomi, seperti kondisi ekonomi nasional dan internasional yang sedang baik, terjadinya pertumbuhan ekonomi suatu negara, banyaknya pembukaan lapangan pekerjaan, menurunnya tingkat pengangguran, naiknya pendapatan perkapita suatu negara, dan lainnya.
2. Faktor fundamental perusahaan, seperti adanya kebijakan fiskal yang dibuat oleh pemerintah, tingginya harga komoditas, adanya tindakan korporasi atau corportate action (merger, akuisisi, ekspansi bisnis, dan lainnya).
3. Faktor euforia pasar, seperti pembelian saham IPO dengan harga rendah.
Baca juga: Tips Investasi, Tetap Tenang Meski Market Sedang Bearish
Faktor Penyebab Bearish Market
1. Faktor makro ekonomi, seperti kondisi ekonomi nasional dan global yang menurun, terjadinya krisis di suatu negara, harga saham turun, dan lainnya.
2. Dampak sektoral industri, seperti kenaikan cukai dan pajak, panic selling, laba perusahaan yang turun, tidak ada pembagian deviden, bahkan perusahaan yang berakhir bangkrut.
3. Faktor fundamental perusahaan, seperti nilai saham perusahaan turun, deviden turun, dan adanya permasalahan internal di dalam perusahaan.
Artikel terkait: Lakukan 3 Hal ini saat Market Crash!
Dalam investasi, kondisi bearish dan bullish saham merupakan sebuah kondisi yang pasti akan dihadapi oleh investor dan trader. Baik kondisi market sedang bullish atau bearish, seorang trader atau investor tetap harus bijak dalam berinvestasi. Sebelum memulai investasi saham, kamu bisa mempelajari dan memahami lebih dalam tentang saham dan istilah-istilah dalam investasi, khususnya saham.