Dalam beberapa hari ke belakang, semenjak rilis data inflasi Indonesia bulan Juni 2022, IHSG lagi terombang ambing yang bisa menjadi indikasi akan terjadinya market crash dalam waktu dekat. Satu minggu ini IHSG mengalami penurunan sekitar 3 – 4 %.
Kalau kita liat, secara teknikal IHSG masih memiliki kemungkinan bergerak turun. Akan berbahaya jika menembus support kuatnya di 6500. Jika tertembus, IHSG akan melanjutkan penurunan sampai 6000. Namun, jika IHSG terpantul di 6500, maka kemungkinan akan membuat sideways dengan range 6500 – 6800.
Belum ada sentimen baik
Rupiah sendiri mengalami pelemahan atas USD. Hal ini merupakan dampak dari adanya capital outflow asing yang cukup besar selama satu minggu ini. Outflow ini terjadi karena The Fed yang menaikkan suku bunga untuk menangani inflasi yang ada di Amerika Serikat.
Selain rupiah yang melemah, ada juga kecemasan yang datang dari ekonomi internasional. For your information nih yaaa, inflasi di Amerika Serikat saat ini merupakan inflasi tertinggi yaitu 8,6% year on year. The Fed dengan kebijakan moneternya berusaha ingin menekan inflasi ke angka 2%. Karena masih cukup jauh, The Fed akan terus menaikkan suku bunga dengan agresif.
Saat ini Amerika Serikat, yang merupakan negara dengan ekonomi kuat, dikabarkan akan mengalami resesi. JP Morgan, yang merupakan bank investasi cukup besar, mengatakan bahwa kemungkinan Amerika Serikat mengalami resesi adalah 85%.
Dampak terhadap Indonesia apa nih kalau ada resesi?
Yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa akan dimulai dengan adanya capital outflow dari asing yang menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah terhadap USD. Itu dari sektor keuangan.
Kemudian dari sektor riil, mengingat bahwa Amerika Serikat adalah salah satu negara mitra dagang utama Indonesia, tentu perlambatan ekonomi di sana akan berdampak pada aktivitas ekspor Indonesia karena permintaan yang akan melemah.
Dari sisi impor juga akan terhambat, Indonesia melakukan impor minyak dari Amerika Serikat. Hal ini akan membuat minyak menjadi langka dan menggerek harga minyak semakin tinggi. Biasa BBM naik, akan menyebabkan inflasi di Indonesia. Dan kalau pemerintah mau terus melakukan subsidi, hal ini bisa sangat berpengaruh terhadap APBN Indonesia.
Dinamika ekonomi yang sangat tinggi ini menyebabkan semua pihak harus terus berfikir cara agar terhindar dari hal hal buruk yang akan terjadi. Harus kita pahami bahwa resiko akan selalu ada, kita tidak bisa menghilangkan resiko, namun kita bisa meminimalisir resiko.
Nah ini ada beberapa cara untuk mengurangi resiko di pasar modal pada saat market crash seperti saat ini :
1. Ready cash
Cash is still king? Pada tulisan mengenai inflasi, gue kasih tau kalau misalnya cash ya bukan king lagi orang lagi inflasi, daya beli uang kita kan akan menurun wkwk. Nah tapi, cash ini disimpan di RDN aja, dengan tujuan membeli emiten yang sedang terdiskon harganya.
Nah cash ini juga penting karena daripada cash kita masukkan kepada investasi yang bisa bikin kita loss kan mending ga usah tuh ya. Jadi, penting banget kita punya cash yang siap untuk “nyerok” saham saham yang salah harga atau murah.
2. Dollar Cost Averaging (cicil)
Kita semua kan bukan dukun ya, kita semua hanya seonngok daging yang mau dapet untung di pasar saham wkwk. Jadi ketika market crash, banyak saham yang akan turun terus. Misal menurut kita udah murah nih harga suatu emiten, udah salah harga. Tapi apa yang harus kita lakuin?
Nah waktu beli saham itu kan ada 2 metode gitu. Mau beli langsung (All in) atau cicil (Dollar Cost Averaging). Nah ketika market turun begini, lebih baik kita lakuin sistem cicil nih belinya. Karena kita ga pernah tau kapan harga saham itu bener” di bottomnya. Bisa aja kita all in nih sekarang, tapi ternyata besok besoknya masih lanjut turun kan rugi ga siii?
Nah jadi walaupun udah punya cash, cicil-cicil aja ya masuknya.
“Tapi nanti cuannya sedikit dong kalo tiba tiba terbang?”
Ya cuannya sedikit nanti bisa di average up juga kan, itu pun kalo terbang, kalo nyungsep? Nah ini yang tadi gue bilang kalo resiko tetep ada dan kita bisa meminimalisir. Ini lah salah satu cara meminimalisir resiko. Gausah lah kita sok sok timing the market.
3. Cuan bungkus
Ini untuk yang jago dan udah lama trading sih. Atau kalian yang punya investasi juga bisa coba TP sedikit dulu kalo udah cuan untuk siap” beli di bawah. Kalo trader pemula, harian atau mingguan, semisal udah cuan, dibungkus dulu aja cuannya, karena sentimen di market masih jelek banget banget.
Nah itu tadi 3 cara yang bisa kita lakukan pada saat market crash seperti ini
Sampai artikel ini selesai ditulis, belum ada sentimen yang baik nih di market baik nasional maupun global. Kita doakan semoga Amerika bisa menyelesaikan permasalahan ekonomi mereka dengan baik, walaupun pasti ada trade off nantinya.
Semangat! Market crash seperti ini lah yang buat orang jago, market crash biasa selalu menimbulkan banyak orang kaya baru. Semoga kita salah satunya. Amin.