Calon investor akan selalu diberikan saran oleh industri keuangan di Indonesia seperti bank dan asset management untuk selalu berinvestasi sesuai dengan profil risiko.
Di sisi lain, seorang calon investor pasti memiliki tujuan ketika memutuskan untuk berinvestasi. Lalu, manakah yang harus diterapkan oleh calon investor dalam berinvestasi? Memulai investasi sesuai dengan rencana keuangan atau sesuai dengan profil risiko?
Pertanyaan diatas memang terasa sulit bagi para calon investor.
Ada sebuah contoh, Pak Budi sedang berada di area kampus dan tertarik untuk membeli sebuah rumah kost yang saat ini harganya Rp 5 miliar.
Rencananya 10 tahun lagi Pak Budi ingin membeli rumah tersebut. Harga rumah kost tersebut diperkirakan mengalami kenaikan harga sebesar 10% per tahun.
Setelah dihitung (dengan mempertimbangkan adanya inflasi), Pak Budi harus membayar down payment atau DP sebesar Rp 5,2 miliar. Kira-kira berapa besar dana yang harus diinvestasikan Pak Budi setiap tahunnya?
Ternyata setelah dihitung Pak Budi bisa berinvestasi sebesar Rp 150 juta sampai dengan Rp 400 juta setiap tahunnya. Strategi investasi yang bisa dilakukan oleh yaitu Pak Budi diantaranya Ia bisa berinvestasi dengan jumlah uang yang kecil apabila ingin hasil investasi yang didapatkan memiliki persentase yang besar.
Melihat contoh kasus diatas, profil risiko investor merupakan salah satu pertimbangan dalam membuat rencana keuangan.
Jadi sesuaikan investasi atau alokasi aset dengan profil risiko yang anda miliki. Akan selalu ada trade off atau konsekuensi yang diterima investor, baik waktu dan hasil investasi, maupun jumlah yang diinvestasikan.
Ada tiga hal pada profil risiko seseorang, yaitu: risk required, risk capacity, dan risk tolerance.
1. Risk Required
Risk required merupakan besaran risiko yang berkaitan dengan kebutuhan hasil investasi untuk memenuhi tujuan keuangan.
Jika ditelisik kembali dari contoh Pak Budi, dimana Pak Budi memilih produk investasi dengan risiko paling rendah apabila Ia mampu berinvestasi hingga Rp 500 juta dalam satu tahun.
Lalu bagaimana jika Ia hanya mampu berinvestasi Rp 200 juta per tahunnya? Maka produk investasi yang dipilih oleh Pak Budi untuk memenuhi tujuan keuangannya harus memiliki hasil investasi 20%.
2. Risk Capacity
Kemapuan seseorang untuk menerima risiko disebut juga risk capacity. Risk capacity biasanya berkaitan dengan kondisi keuangan seseorang saat ini. Contohnya:
- Seseorang akan lebih berani mengambil risiko dalam investasi, apabila kondisi keuangannya sedang sehat.
- Seseorang akan lebih berani mengambil risiko investasi, apabila menguasai keuangan dan produk-produk investasi.
- Seseorang akan lebih berani mengambil risiko investasi, apabila sudah memiliki pengalaman dalam investasi.
3. Risk Tolerance
Kemampuan seseorang berhadapan dengan risiko secara psikologi, disebut juga sebagai risk tolerance. Contohnya:
- Seseorang akan lebih konservatif, apabila sudah berusia tua.
- Seseorang akan berinvestasi lebih konservatif, apabila memiliki karakter tidak suka melakukan tantangan.
Sesuaikan Investasi Anda
Karena banyaknya orang yang tidak memiliki rencana keuangan, maka mereka akan kebingungan saat berinvestasi. Maka ada baiknya anda memiliki rencana keuangan sebelum memulai investasi. Rencana keuangan yang anda miliki akan sangat membantu anda dalam menentukan berbagai produk keuangan.
Anda bisa menambah wawasan seputar instrumen investasi setelah menentukan rencana keuangan.
Sumber: https://www.finansialku.com/berinvestasi-sesuai-profil-risiko-atau-rencana-keuangan/