Kita umumnya akan mengkategorikan seorang entrepreneur sebagai pemimpin dan karyawan adalah pengikutnya. Tapi kamu tau gak sih, sebenarnya menjadi seorang entrepreneur itu gak harus tentang jadi pemimpin dari perusahaan besar, lho! Karena sebenarnya entrepreneur itu merupakan sebuah mindset. Entrepreneur memiliki makna yang jauh lebih luas, tidak hanya sebuah posisi CEO perusahaan. Entrepreneurship itu berkaitan dengan sebuah impian yang berlandaskan tekad kuat dan usaha yang besar untuk mencapai visi di masa depan. Lantas, apa saja sih yang membedakan mindset entrepreneur dengan mindset karyawan? Check it out!
Entrepreneur Berani Ambil Risiko VS Karyawan Menjauhi Risiko
Setiap langkah dan keputusan yang akan kita ambil, pasti memiliki keuntungan dan risikonya masing-masing. Hal yang menjadi pembeda antara seorang entrepreneur dan karyawan adalah bagaimana mereka menanggapi sebuah risiko yang mungkin muncul seiring berjalannya waktu. Seorang karyawan akan cenderung untuk tetap berada pada zona nyamannya karena dengan begitu dia tidak perlu menghadapi hal-hal tak terduga yang mungkin dapat mengusik karirnya. Meskipun kesempatan tersebut mungkin dapat membawa keuntungan yang besar, tapi seorang karyawan akan tetap memilih untuk berada di zona aman dan menghindari risiko yang ikut muncul bersama dengan keuntungan besar. Akan tetapi, seorang entrepreneur memiliki mindset yang berbeda. Mereka akan merasa tertantang untuk menghadapi risiko yang ada karena mereka tahu bahwa dibalik risiko tersebut, ada keuntungan besar yang dapat dicapai ketika semuanya berjalan lancar.
Entrepreneur merencanakan mimpinya VS karyawan Memimpikan Rencananya
Mimpi adalah sebuah harapan dan ambisi dalam diri yang menjadi penggerak untuk mencapai sebuah impian di masa depan. Tanpa kita sadari, mimpi berperan penting sebagai bahan bakar yang akan terus memotivasi kita untuk mencapai tujuan kita. Setiap orang, entrepreneur ataupun karyawan pasti akan memiliki mimpinya masing-masing. Seorang karyawan yang memiliki mimpi hanya akan sebatas memimpikan apa yang menjadi rencananya di mana depan. Sedangkan seorang entrepreneur tidak merasa puas dengan hanya bermimpi. Seorang entrepreneur paham bahwa mimpi ada untuk direalisaikan. Oleh karenanya entrepreneur akan merencanakan langkah-langkah nyata untuk menggapai apa yang menjadi impiannya.
Entrepreneur Membangun Jalur VS Karyawan Mencari Arahan
Dalam pekerjaan, akan terdapat banyak masalah yang mungkin saja muncul. Dalam menghadapi sebuah permasalahan, seorang karyawan akan cenderung untuk mencari pertolongan. Namun, seorang entrepreneur akan berusaha untuk membangun sebuah jalur yang dapat menjadi solusi atas permasalahan yang tengah melanda. Hal ini bukan berarti seorang entrepreneur menjadi pribadi yang tertutup akan saran-saran. Tetapi, perilaku ini akan memupuk pribadi entrepreneur menjadi mandiri dan tetap terbuka akan ide-ide yang mungkin dapat menjadi solusi dari permasalahan yang ada.
Entrepreneur : “ Waktu adalah Segalanya” VS Karyawan : “Uang adalah Segalanya”
Tujuan akhir dari seorang karyawan adalah mengejar keuntungan finansial, yaitu uang. Seorang karyawan berprinsip bahwa uang adalah segalanya. Dengan mengumpulkan banyak uang, karyawan yakin akan mampu mendapatkan sebuah tempat yang aman di masa yang akan datang. Entrepreneur juga tahu bahwa uang merupakan entitas yang penting dalam dunia ini, namun uang bukanlah segalanya. Menurut Entrepreneur, waktu adalah segalanya. Entrepreneur siap untuk mendedikasikan waktunya demi perkembangan perusahaannya meski belum mendapatkan keuntungan finansial.
Entrepreneur Work Smart VS Karyawan Work Hard
Seorang karyawan tentu ingin memiliki citra yang baik di mata bosnya. Untuk mendapatkan cap “karyawan baik” itu, seseorang akan work hard untuk menyelesaikan pekerjaannya sebaik mungkin. Selain itu, karyawan juga akan berusaha untuk mengambil pekerjaan sebanyak mungkin sehingga dapat dilirik oleh atasannya. Sementara seorang entrepreneur akan lebih cenderung untuk work smart. Entrepreneur akan mencari cara untuk menyelesaikan pekerjaannya secara maksimal dengan mengeluarkan usaha seminim mungkin. Hal ini mengikuti Prinsip Pareto yang percaya bahwa 80% hasil dari kinerja seseorang merupakan buah dari 20% upaya yang telah dilakukan.
Entrepreneur Bekerja dalam Tim VS Karyawan Bekerja Sendiri
Dalam pekerjaan, seorang karyawan akan mengerjakan pekerjaannya sendiri, sedangkan entrepreneur akan bekerja dalam tim. Seorang entrepreneur yang baik adalah mereka yang mampu mendelegasikan pekerjaannya kepada tim. Dengan begitu, seorang entrepreneur harus mampu membangun dan mengarahkan tim yang berlandaskan kepercayaan dan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan.
Entrepreneur Fokus pada Kelebihan VS Karyawan Fokus pada Kekurangan
Sebagai manusia, kita tentu memiliki sesuatu yang menjadi kelebihan dan sesuatu yang menjadi kekurangan. Seorang karyawan akan lebih memfokuskan diri untuk memperbaiki apa kekurangannya. Dengan begitu, mereka akan mendapat kesan baik dari atasan dan dianggap sebagai “karyawan sempurna”. Sedangkan seorang entrepreneur akan lebih terfokus untuk mengembangkan apa yang menjadi kelebihannya. Dengan mengasah kekuatannya, seorang entrepreneur akan menjadi seorang ahli dalam bidangnya.
Entrepreneur Failing Forward VS Karyawan Perfectionist
Selama duduk di bangku sekolah, kita diajarkan untuk menjadi seseorang yang mampu menguasai semua mata pelajaran. Kita mendapatkan pemahaman bahwa nilai jelek berarti kita gagal. Kita di tuntut untuk menjadi siswa yang sempurnya. Mindset tersebut sebenarnya merupakan mindset yang dimiliki oleh seorang karyawan. Seorang entrepreneur memiliki mindset falling forward. Mindset ini mengajarkan kita untuk mengambil hikmah dan makna dari setiap kegagalan yang kita alami. Dengan mindset ini, kita percaya bahwa kegagalan bukanlah ujung dari mimpi kita melainkan sebuah proses yang memiliki peran dalam membantu perkembangan kita.
Dari mindset-mindset yang telah kita bahas satu persatu, kira-kira kalian termasuk yang mana? Let me know!